Somnium

Kata orang, mimpi adalah sebuah pesan. 

Sebuah bahasa dari tutur yang lama ditinggal manusia hingga di masa kini kita tak bisa tafsirkan apa. Pernah suatu kali, aku bermimpi, tentangku dan seorang laki-laki. Bisakah kau tafsirkan ini?
         
Itu adalah sebuah bukit, dengan petak-petak untuk menapak. Ada yang melingkari bukit, ada yang membentuk tangga, lalu menyatu dengan tapak-tapak lain yang ada di sekeliling bukit di bagian puncak. Bukit itu hijau, tepatnya di daerah pegunungan yang mungkin adalah pegunungan terhijau yang pernah kutahu. Aku sedang duduk di salah satu petak, dekat dengan dasar bukit, sambil membawa tas hitam kecil yang biasa kubawa untuk berpergian. Aku sengaja menyendiri dari pengunjung-pengunjung bukit itu yang entah apa yang membuat mereka juga datang ke situ. Hari itu cerah, bahkan nyaris terlalu cerah untuk langit pegunungan yang dikenal kelabu dan berkabut. Aku berteduh di bawah pohon pinus besar yang strobilus-strobilusnya terlihat coklat keemasan dari bawah sini. Berharap riuh pengunjung tidak mengganggu ketenanganku.
          
Lalu, tebak apa yang terjadi? Ya, laki-laki itu datang, sedang menapak tangga. Sepertinya dia ingin menuju puncak bukit dan berpapasan denganku. Dia bilang, ada tempat yang lebih bagus untuk menyendiri seperti yang sedang kulakukan dan dia mengajakku ke sana, ke puncak bukit tepatnya. Awalnya aku ragu karena berteduh di bawah pohon pinus ini bagiku sudah lebih dari cukup, tetapi dia berhasil meyakinkanku untuk ikut ke atas.
         
Perjalanan menuju puncak bukit hanya sunyi. Setidaknya itulah yang kuimpikan. Hingga kami sampai di atas, ke sebuah lingkaran paving yang dikelilingi pohon pinus yang rapat memberikan aroma pegunungan yang khas. Aku terpana melihat tempat itu, sementara kulihat dia tersenyum puas. Di atas, langit luas membentang, biru bersih dengan awan-awan sirus yang lembut menyelimuti beberapa bagian langit. Selama sesaat, tak ada kata terucap. Entah terlalu kagum untuk bicara, atau terlalu canggung untuk berkata ‘terimakasih’. Lalu tiba-tiba aku teringat meninggalkan tas hitamku di bawah, dan isi tas itu adalah kamera digital, mukena, dompet, dan kacamataku. Akhirnya aku berkata padanya untuk permisi sebentar karena aku harus mengambilnya. Setelah aku sampai di bawah, mengambil tas, lalu kembali ke atas, aku tidak menemukan laki-laki itu lagi. Di situlah selama beberapa detik aku diam menatap sekeliling, dan saat itu juga mimpiku berakhir.

          Kau tahu apa artinya? Jika iya, kau mau memberitahuku, kan?



















2013.

Komentar